Jumat, 2008 Juli 25
PROSES ALIR KERJA PEMANCAR TV
1. Sistem Peralatan
Sistem peralatan stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended terdiri dari :
Gb. 1 Stasiun Pemancar TV Unattended
a). TVRO
TVRO merupakan singkatan dari Television Receive Only. Jadi TVRO merupakan peralatan penerima satelite yang hanya digunakan untuk menerima siaran televisi terdiri dari :
1). Antena Parabola
2). Alat penerima Satelite ( Satelite Reveiver )
Siaran TVRI dari stasiun pusat Jakarta di Senayan di transmisikan ke stasiun bumi Cibinong melalui stasiun microwave Telkom di GATSU ( Jl. Gatot Subroto). Dari stasiun bumi Cibinong siaran TVRI ditransmisikan melalui UP-Link ke SKSD PALAPA yang kemudian mentransmisikan kembali ke bumi ke seluruh wilayah nusantara. Siaran TVRI yang ditransmisikan kembali ke bumi melalui frekuensi band 4GHz diterima oleh parabola dan diteruskan ke penerima satelite (satelite receiver). Di satelite receiver siaran TVRI yang dimodulasikan pada frekuensi 4 GHz band didemodulasi (diproses) kembali sebagai input signal bagi pemancar TVRI yang berfungsi untuk memancarkan kembali kepada masyarakat di wilayah siarannya.
b). Pemancar TV
Pemancar TV yang digunakan disini adalah pemancar televisi dengan sistem CCIR PAL B untuk frekuensi band VHF, dan sistem CCIR PAL G untuk frekuensi band UHF. Sedangkan daya pancar yang digunakan sangat tergantung dengan luas daerah yang ingin dijangkau (coverage area). Tetapi dalam sistem stasiun pemancar TV Unattended, untuk mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi, besarnya daya pancar pemancar perlu dipertimbangkan bersamaan dengan penyediaan catu daya listrik dari fasilitas umum yang tersedia. Apabila dilokasi yang telah ditentukan untuk stasiun pemancar tidak tersedia catu daya listrik dari PLN, dan menggunakan diesel generator sendiri tidak cukup effisien atau sulit karena kondisi geografis, maka catu daya listrik alternatif adalah menggunakan solar cell. Namun tingkat efisiensi tinggi yang masih dapat diperoleh dengan menggunakan catu daya solar cell untuk pemancar televisi dengan daya pancar sampai dengan 10Watt.
Konfigurasi pemancar televisi dapat di disain sesuai kebutuhan yaitu single sistem, “cold stand-by sistem” atau “hot stand-by sistem”. Pada Single sistem hanya memiliki satu sistem peralatan, dan tidak memiliki sistem peralatan cadangan. Sehingga apabila peralatan pemancar mengalami gangguan maka siaran akan terputus untuk daerah jangkauan yang bersangkutan, sampai peralatan mendapat perbaikan.
Konfigurasi cold stand-by sistem dan hot stand-by sistem keduanya memiliki sistem peralatan stand-by (cadangan). Pada cold stand-by sistem, sistem peralatan cadangan akan beroperasi apabila sistem peralatan utama mengalami gangguan. Perpindahan pengoperasian sistem peralatan utama ke sistem peralatan cadangan dapat di disain secara otomatis, namun siaran akan terganggu kurang dari satu menit. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut, misalnya Pemancar I sebagai peralatan utama, dan Pemancar II sebagai pemancar cadangan. Pemancar I (satu) beroperasi sebagai pemancar utama terhubung ke antena dan Pemancar II (dua) sebagai pemancar cadangan terhubung ke dummy load melalui “Coaxial switch”. Apabila Pemancar I (satu) mengalami gangguan, maka Pemancar I (satu) secara otomatis akan dimatikan dan daya output hilang (tidak ada). Tidak adanya daya output pemancar I (satu) merupakan informasi (pemerintah) bagi Pemancar II (dua) untuk beroperasi menggantikan peranan pemancar I (satu). Proses pergantian pemancar ini secara bertahap adalah sebagai berikut : Pemancar I (satu) mendapat gangguan, Pemancar I (satu) “Off”, Daya output pemancar I (satu) hilang, coaxial switch yang semula menghubungkan Pemancar I (satu) ke Antenna dan Pemancar II (dua) ke dummy load, berputar sehingga berfungsi menghubungkan Pemancar II (dua) ke Antena dan Pemancar I (satu) ke dummy load, Pemancar II (dua) “On” dan daya output pemancar II (dua) disalurkan ke antenna untuk ditransmisikan.
¼br />
Konfigurasi sistem pemancar hot stand-by sistem, beroperasi dengan kedua sistem peralatan pemancar secara bersama-sama dan daya output masing-masing pemancar bergabung, apabila satu pemancar memiliki daya output sebesar 1 (satu) KW maka gabungan kedua pemancar menjadi 2 (dua) KW. Apabila salah satu sistem peralatan pemancar mengalami gangguan, sistem peralatan pemancar satunya masih tetap beroperasi sehingga siaran tidak terhenti, hanya daya output pemancar menurun menjadi hanya 25 % dari nominal daya output pemancar.
2. Sistem Catu Daya Listrik
Sistem catu daya listrik yang paling menguntungkan adalah apabila di lokasi telah tersedia jaringan listrik umum dari PLN, dan sebagai cadangan dapat saja digunakan diesel generator. Apabila dilokasi tidak terdapat jaringan listrik PLN maka diesel generator dapat digunakan sebagai peralatan utama dan peralatan cadangan. penggunaan diesel generator dapat didisain unuk daya berapa saja, namun untuk stasiun pemancar Televisi Unattended, pengiriman bahan bakar secara rutin perlu menjadi pertimbangan.
Pembangunan catu daya listrik yang tidak memerlukan pasokan bahan bakar dapat digunakan sollar cell yang berfungsi mengubah energi panas matahari menjadi energi listrik. Namun harga sollar cell dirasakan masih cukup tinggi, sehingga berdasarkan hasil perhitungan, penggunaan sollar cell untuk stasiun pemancar TVRI masih cukup efisien apabila digunakan untuk mengoperasikan peralatan pemancar televisi dengan daya pancar sampai dengan 10Watt/ untuk daya pancar lebih dari itu, bukan tidak mungkin untuk di disain melainkan menjadi lebih mahal dan tidak efisien. Maka pembangunan perdana stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended yang lokasinya terpencil dan belum tersedia jaringan PLN menggunakan catu daya sollar cell dan daya pancar 10Watt.
3. Sistem Operasional
Sistem pengoperasian stasiun pemancar TVRI “semi” Unattended seharusnya menggunakan sistem remote control operation, karena stasiun pemancar yang dibangun bukan merupakan Stasiun Pengulang. Berhubung sistem ini dianggap masih cukup mahal maka dicari upaya agar stasiun pemancar ini dapat dioperasikan dengan sistem otomatic control operation dengan melakukan beberapa modifikasi sehingga stasiun pemancar TVRI ini merupakan stasiun pemancar “semi” Unattended.
Modifikasi yang dilakukan adalah bahwa seharusnya sistem otomatic control operation bekerja apabila ada signal dari stasiun sebelumnya (stasiun pemancar pengulang) namun berhubung signal syncronisasi televisi dari TVRO selalu ada maka pemancar televisi akan hidup terus menerus selama 24 jam sedangkan waktu TVRI tidak sampai 24 jam. Kondisi seperti ini sangat tidak efisien dan membahayakan, karena disamping merupakan pemborosan energi juga adanya kemungkinan dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Modifikasi yang dilakukan adalah bahwa pemancar televisi akan beroperasi apabila tersedia signal syncronisasi dan pada jam-jam tertentu sesuai dengan jadwal siaran TVRI/ untuk itu ditambahkan peralatan “TIME CONTROL” yang dapat diprogram setiap hari selama seminggu dan berulang terus. Misalnya pada hari pertama (senin) pemancar beroperasi dari jam 05.30 sampai dengan jam 12.00 dan dari jam 14.00 sampai dengan jam, 24.00 dan seterusnya.
Dikutip dari tvconsulto.com
Diposting oleh qie_strife di 01:08 0 komentar
STANDAR TV DUNIA DAN HDTV
Digital Studio College kembali mengadakan open seminar tentang High Definition TV pada hari .Open Seminar ini terselenggara atas kerjasama antara Digital Studio dengan Pioneer. Pembicara seminar dari pihak Pineer, yaitu Bpk. Wira Sutedja, beliau adalah General Manager Car Audio Division)
Tim dari Pioneer dalam acara ini mendisplaykan 2 buah unit TV Plasma HDTV dan TV Plasma non HDTV serta 1 unit audio system surround.
Di awal presentasi dimulai dengan sedikit permainan yang cukup memutar otak dan menguji daya nalar kita. Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi mengenai teknologi HDTV saat ini. Ada 2 buah unit TV Plasma dengan teknologi yang berbeda (HDTV dan non HDTV), setiap peserta diberikan isian form untuk membandingkan 2 teknologi tersebut, Dalam tiap isian, peserta ditayangkan beberapa shot kamera, dan peserta diminta untuk mengisi form mengenai perbandingan teknologi tersebut.
Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV) adalah standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.
Dikutip dari dscollege.blogspot.com
Diposting oleh qie_strife di 01:07 0 komentar
PROSES KERJA PESAWAT TV
Televisi digital atau penyiaran digitaladalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi.
Pengembangan televisi digital antara lain dikarenakan:
Perubahan lingkungan eksternal
Pasar TV analog yang sudah jenuh
Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel
Perkembangan teknologi
Teknologi pemrosesan sinyal digital
Teknologi transmisi digital
Teknologi semikonduktor
Teknologi peralatan yang beresolusi tingggi
Daftar isi :
1 Keberadaan TV Digital di Indonesia
2 Frekuensi TV Digital
2.1 Kelebihan Frekuensi TV Digital
3 Karakteristik Sistem Penyiaran TV Digital Terestrial
3.1 Kualitas Penyiaran TV Digital
3.2 Manfaat Penyiaran TV Digital
4 Transisi ke TV Digital
KEBERADAAN TV DIGITAL DI INDONESIA
Stasiun TV penyiaran baik TVRI maupun TV swasta nasional memanfaatkan sistem teknologi penyiaran dengan teknologi digital khususnya pada sistem perangkat studio untuk memproduksi program, mengedit, merekam dan menyimpan data. Pengiriman sinyal gambar, suara dan data menggunakan sistem transmisi digital dengan menggunakan satelit yang dimanfaatkan sebagai siaran TV-Berlangganan.
Sistem penyiaran TV Digital adalah penggunaan apliksi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 90 an dan diujicobakan pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini umumnya dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba sistem tersebut sampai mendapatkan hasil penerapan siaran TV Digital yang paling ekonomis sesuai dengan kebutuhan dari negara yang mengoperasikan.
FREKUENSI TV DIGITAL
Secara teknik pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi digital. Lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital berbanding 1 : 6 artinya bila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital dengan lebar pita frekuensi yang sama dengan teknik multiplek dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda.
Selain ditunjang oleh teknologi penerima yang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang berubah, TV digital ditunjang oleh sejumlah pemancar yang membentuk jaringan berfrekuensi sama sehingga daerah cakupan dapat diperluas. Produksi peralatan pengolah gambar yang baru adalah dengan menggunakan format digital.
Teknologi digital efisien dalam pemanfaatan spektrum. Satu penyelenggara televisi digital meminta spektrum dalam jumlah yang cukup besar. Artinya tidak hanya 1 (satu) kanal pembawa melainkan lebih. Penyelenggara berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan yaitu untuk mentransfer program dari stasiun televisi lain yang ada di dunia menjadi satu paket layanan sebagaimana penyelenggaraan televisi kabel berlangganan yang ada saat ini.
Kelebihan Frekuensi TV Digital
Meningkatnya penyelenggaraan televisi dimasa depan dapat diantisipasi dengan suatu terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum frekuensi, misalkan penyelenggara televisi digital berfungsi sebagai operator penyelenggara jaringan televisi digital. Program dapat diselenggarakan oleh operator yang khusus menyelenggarakan jasa program televisi digital (operator lain). Dari aspek regulasi terdapat ijin penyelenggara jaringan dan ijin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital.
Perspektif bentuk penyelenggaraan sistem penyiaran di era digital mengalami perubahan baik dari pemanfaatan kanal maupun teknologi jasa pelayanannya. Pada pemanfaatan kanal frekuensi terjadi efisiensi penggunaan kanal. Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa diisi oleh satu program saja nantinya bisa diisi antara empat sampai enam program sekaligus.
KARAKTERISTIK SISTEM PENYIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL
Sistem Penyiaran TV Digital yang ada di Indonesia dibagi berdasarkan kualitas penyiaran, manfaat dan keunggulan TV Digital tersebut. TV Digital dalam perkembangannya memiliki karakteristik yang berbeda di tiap wilayah(area) penyiaran. Karakteristik sistem penyiaran TV Digital sama di radius yang sama.
Kualitas Penyiaran TV Digital
Desain dan implementasi sistem siaran TV digital terutama ditujukan pada peningkatan kualitas gambar. TV digital memungkinkan pengiriman gambar dengan akurasi dan resolusi tinggi. TV digital memerlukan tersedianya kanal dengan laju tinggi. Sistem TV digital mampu menghasilkan penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan tanpa efek bayangan atau gambar ganda, walaupun pesawat penerima berada dalam keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Manfaat Penyiaran TV Digital
TV Digital digunakan untuk melihat simpanan program, (siaran interaktif).
Aplikasi teknologi siaran digital menawarkan integrasi dengan layanan interaktif seperti layanan komunikasi dua arah. Televisi digital dapat digunakan seperti [[internet]
Penyiaran TV Digital Terrestrial bisa diterima oleh sistem penerimaan TV tidak bergerak dan penerimaan TV Bergerak. Kebutuhan daya pancar TV digital juga lebih kecil dan kondisi lintasan radio yang berubah-ubah terhadap waktu (seperti yang terjadi jika penerima TV berada di atas mobil yang berjalan cepat).
Transisi ke TV Digital
Pesawat TV analog tidak bisa menerima sinyal digital, maka diperlukan pesawat TV digital yang baru agar TV dapat menggunakan alat tambahan baru yang berfungsi merubah sinyal digital menjadi analog. Proses perpindahan dari teknologi analog ke teknologi digital membutuhkan sejumlah penggantian perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya ataupun dari sisi penerima siaran. Transisi ke TV Digital menyebabkan tersedianya saluran siaran yang lebih banyak.
Proses transisi perpindahan meminimalkan resiko kerugian khusus yang dihadapi baik oleh operator TV maupun masyarakat. Resiko kerugian khusus yang dimaksud adalah informasi program ataupun perangkat tambahan yang harus dipasang. Perubahan dilakukan melalui masa dimana sebelum masyarakat mampu membeli pesawat penerima digital dan pesawat penerima analog yang dimilikinya dipakai menerima siaran analog dari pemancar TV yang menyiarkan siaran TV Digital.
Masa transisi diperlukan untuk melindungi pemirsa (masyarakat) yang telah memiliki pesawat penerima TV analog untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke teknologi TV digital dengan tanpa terputus layanan siaran yang ada selama ini. Operator TV yang sudah ada dapat memanfaatkan infrastruktur yang telah dibangun, seperti studio, bangunan, SDM dan lain sebagainya. Infrastruktur TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal dibandingkan dengan infrastruktur TV analog.
Pola Kerja Sama Operasi ditempuh antar penyelenggara TV yang sudah ada dengan calon penyelenggara TV digital. Sehingga di kemudian hari penyelenggara TV digital dapat dibagi menjadi penyedia jaringan dan penyedia isi.
Dikutip dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_digital
Diposting oleh qie_strife di 01:04 0 komentar
SEJARAH PENEMUAN TELEVISI
Pada tahun 1873 seorang operator telegram menemukan bahwa cahaya mempengaruhi resistansi elektris selenium. Ia menyadari itu bisa digunakan untuk mengubah cahaya kedalam arus listrik dengan menggunakan fotosel silenium (selenium photocell)
Kemudian piringan metal kecil berputar dengan lubang-lubang didalamnya ditemukan oleh seorang mahasiswa yang bernama Paul Nipkow di Berlin, Jerman pada tahun 1884 dan disebut sebagai cikal bakal lahirnya televisi. Sekitar tahun 1920 John Logie Baird dan Charles Francis Jenkins menggunakan piringan karya Paul Nipkow untuk menciptakan suatu sistem dalam penangkapan gambar, transmisi, serta penerimaannya. Mereka membuat seluruh sistem televisi ini berdasarkan sistem gerakan mekanik, baik dalam penyiaran maupun penerimaannya. Pada waktu itu belum ditemukan komponen listrik tabung hampa (Cathode Ray Tube)
Televisi elektronik agak tersendat perkembangannya pada tahun-tahun itu, lebih banyak disebabkan karena televisi mekanik lebih murah dan tahan banting. Bukan itu saja, tetapi juga sangat susah untuk mendapatkan dukungan finansial bagi riset TV elektronik ketika TV mekanik dianggap sudah mampu bekerja dengan sangat baiknya pada masa itu. Sampai akhirnya Vladimir Kosmo Zworykin dan Philo T. Farnsworth berhasil dengan TV elektroniknya. Dengan biaya yang murah dan hasil yang berjalan baik, orang-orang mulai melihat kemungkinan untuk
Vladimir Zworykin, yang merupakan salah satu dari beberapa pakar pada masa itu, mendapat bantuan dari David Sarnoff, Senior Vice President dari RCA (Radio Corporation of America). Sarnoff sudah banyak mencurahkan perhatian pada perkembangan TV mekanik, dan meramalkan TV elektronik akan mempunyai masa depan komersial yang lebih baik. Selain itu, Philo Farnsworth juga berhasil mendapatkan sponsor untuk mendukung idenya dan ikut berkompetisi dengan Vladimir.
TV ELEKTRONIK
Baik Farnsworth, maupun Zworykin, bekerja terpisah, dan keduanya berhasil dalam membuat kemajuan bagi TV secara komersial dengan biaya yang sangat terjangkau. Di tahun 1935, keduanya mulai memancarkan siaran dengan menggunakan sistem yang sepenuhnya elektronik. Kompetitor utama mereka adalah Baird Television, yang sudah terlebih dahulu melakukan siaran sejak 1928, dengan menggunakan sistem mekanik seluruhnya. Pada saat itu sangat sedikit orang yang mempunyai televisi, dan yang mereka punyai umumnya berkualitas seadanya. Pada masa itu ukuran layar TV hanya sekitar tiga sampai delapan inchi saja sehingga persaingan mekanik dan elektronik tidak begitu nyata, tetapi kompetisi itu ada disana.
TV RCA, Tipe TT5 1939, RCA dan Zworykin siap untuk program reguler televisinya, dan mereka mendemonstrasikan secara besar-besaran pada World Fair di New York. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap sistem elektronik ini, menyebabkan the National Television Standards Committee [NTSC], 1941, memutuskan sudah saatnya untuk menstandarisasikan sistem transmisi siaran televisi di Amerika. Lima bulan kemudian, seluruh stasiun televisi Amerika yang berjumlah 22 buah itu, sudah mengkonversikan sistemnya kedalam standard elektronik baru.
Pada tahun-tahun pertama, ketika sedang resesi ekonomi dunia, harga satu set televisi sangat mahal. Ketika harganya mulai turun, Amerika terlibat perang dunia ke dua. Setelah perang usai, televisi masuk dalam era emasnya. Sayangnya pada masa itu semua orang hanya dapat menyaksikannya dalam format warna hitam putih.
TV BERWARNA
Sebenarnya CBS sudah lebih dahulu membangun sistem warnanya beberapa tahun sebelum rivalnya, RCA. Tetapi sistem mereka tidak kompatibel dengan kebanyakan TV hitam putih diseluruh negara. CBS yang sudah mengeluarkan banyak sekali biaya untuk sistem warna mereka harus menyadari kenyataan bahwa pekerjaan mereka berakhir sia-sia. RCA yang belajar dari pengalaman CBS mulai membangun sistem warna menurut formatnya. Mereka dengan cepat membangun sistem warna yang mampu untuk diterima pada sistem warna dan sistem hitam putih. Setelah RCA memamerkan kemampuan sistem mereka, NTSC membakukannya untuk siaran komersial thn 1953.
Berpuluh tahun kemudian hingga awal milenium baru abad 21 ini, orang sudah biasa berbicara lewat telepon selular digital dan mengirim e-mail lewat jaringan komputer dunia, tetapi teknologi televisi pada intinya tetap sama. Tentu saja ada beberapa perkembangan seperti tata suara stereo dan warna yang lebih baik, tetapi tidak ada suatu lompatan besar yang mampu untuk menggoyang persepsi orang tentang televisi. Tetapi semuanya secara perlahan mulai berubah, televisi secara bertahap sudah memasuki era digital.
Dikutp dari misteridigital.wordpress.com/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar